Kamis, 12 September 2013 22:05 wib
Ilustrasi
SEMARANG - Mahalnya harga kedelai membuat sejumlah
pedagang tempe dan tahu di Pasar Induk Johar, Kota Semarang, Jawa
Tengah, kelimpungan. Bahkan sebagian pedagang kini tak berjualan dua
bahan pangan yang identik dengan masyarakat kelas bawah tersebut.
Stok tempe dan tahu di pasar tradisional terbesar di Semarang itu kini tak tak lagi melimpah seperti sebelumnya. Setelah aksi mogok produksi pengusaha tempe dan tahu tiga hari lalu, kini pasokan juga masih terbatas. Akibatnya hanya sebagian pedagang yang berjualan sementara pedagang lainnya beralih profesi menjadi buruh pengupas bawang merah.
"Saya jadi buruh kupas brambang (bawang merah), dibayar Rp1.000 per kilogram. Susah, tapi mau gimana lagi?" sedih seorang pedagang, Yayuk (49), Kamis (12/9/2013).
Hal yang sama disampaikan Maria Ulfa (54) yang biasa berjualan tempe di los Selatan Pasar. Ia menutup lapaknya karena tidak mendapat kiriman tempe dari perajin. Biasanya ia mendapatkan dari produsen tempe di kawasan Madukoro, Semarang Barat.
Imbas kenaikan harga kedelai dan hilangnya tempe dan tahu di pasar, tidak saja membuat susah para pedagang. Beberapa pemilik warung makan juga mengeluhkan kondisi tersebut.
"Ini kok tempe dan tahu enggak ada di Johar. Saya jualan gorengan untuk lauk di warung makannya, tapi sekarang terpaksa tidak buat makanan dari tempe," aku Rohani pemilik warung makan di kawasan Kauman.
Stok tempe dan tahu di pasar tradisional terbesar di Semarang itu kini tak tak lagi melimpah seperti sebelumnya. Setelah aksi mogok produksi pengusaha tempe dan tahu tiga hari lalu, kini pasokan juga masih terbatas. Akibatnya hanya sebagian pedagang yang berjualan sementara pedagang lainnya beralih profesi menjadi buruh pengupas bawang merah.
"Saya jadi buruh kupas brambang (bawang merah), dibayar Rp1.000 per kilogram. Susah, tapi mau gimana lagi?" sedih seorang pedagang, Yayuk (49), Kamis (12/9/2013).
Hal yang sama disampaikan Maria Ulfa (54) yang biasa berjualan tempe di los Selatan Pasar. Ia menutup lapaknya karena tidak mendapat kiriman tempe dari perajin. Biasanya ia mendapatkan dari produsen tempe di kawasan Madukoro, Semarang Barat.
Imbas kenaikan harga kedelai dan hilangnya tempe dan tahu di pasar, tidak saja membuat susah para pedagang. Beberapa pemilik warung makan juga mengeluhkan kondisi tersebut.
"Ini kok tempe dan tahu enggak ada di Johar. Saya jualan gorengan untuk lauk di warung makannya, tapi sekarang terpaksa tidak buat makanan dari tempe," aku Rohani pemilik warung makan di kawasan Kauman.
Berita Selengkapnya Klik di Sini
(tbn)
Browser anda tidak mendukung iFrame
Berita Terkait : Angkringan Jateng
- Jemparingan, Memanah dengan Duduk Bersila Pecahkan Rekor MURI
- Warga Miskin Keluhkan Pungli Pengurusan Sertifikat Prona
- Tol Ungaran-Bawen Didesak Selesai Sebelum Arus Mudik
- Asyiknya Belajar Budaya Jepang di Yogyakarta
- Konsumen Gugat Pengelola Perumahan
- 25 Tahun Glagahwaru Belum Nikmati PDAM
- Belum Maksimal Layani Rakyat Bawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar